BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang pokok dalam pemenuhan kebutuhan
pangan bagi seluruh manusia di muka bumi. Sehingga sangat diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas dalam proses produksi pertanian selain dukungan
yang lebih serius dari pemerintah. Apalagi dengan cepatnya pertumbuhan
perekonomian dan jumlah penduduk yang terjadi sehingga membuat tantangan dalam
peningkatan produksi pertanian semakin nyata.Akan
tetapi, lahan yang digunakan atau yang cocok untuk pertanian dapat dikatakan
hampir semua sudah digunakan. Akibatnya petani menggunakan lahan yang kurang
sesuai untuk pertanian. Sehingga menyebabkan tanah kurang maksimal untuk
memproduksi hasil pertanian. Berbagai usaha telah ditempuh untuk memproduksi
lahan lahan pada tingkat maksimum.
Adanya pemikiran tentang
pertanian yang berkelanjutan, maka harus lebih menyadari pemanfaatan bahan
organik dalam pengelolaan unsur hara yang ada dalam tanah. Penggunaan
bahan-bahan organik ini sendiri dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam peningkatan
produksi pertanian dengan pemanfaatn bahan organik yaitu dengan menggunakan
sistem pertanian intensif. Pada makalah ini kami akan
membahas mengenai pemanfaatan pengolahan lahan yang baik guna mempertahankan
serta meningkatkan kualitas lingkungan.
1.2 Rumusan masalah
Dari
uraian diatas, didapatkan rumusan masalah yang mendasari pokok bahasan adalah
bagaimana upaya meningkatkan pertanian yang efisien dan berkelanjutan dengan
pengolahan lahan yang optmum sesuai dengan kebutuhan.
1.3 Tujuan penulisan
Tujuan
dari pernulisan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan
pertanian yang efisien dan berkelanjutan dengan pengolahan lahan yang optmum
sesuai dengan kebutuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengelolaan
lahan
Pengelolaan
lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada suatu
lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut dengan
mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas lahan sangat
dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban, sistem
pengelolaan lahan, dll. Pengelolaan lahan pertanian yang mempertahankan
keseimbangan lingkungan akan sangat bermanfaat bagi kesinambungan kehidupan
seluruh organisme. Manfaat pengelolaan lahan adalah :
a. Mengatur pemanfaatan sumber daya
lahan pertanian secara optimal.
b. Mendapatkan hasil maksimal.
c. Mempertahankan
kelestarian sumber daya lahan.
Pengelolaan
tanah meliputi kegiatan penyusunan rencana penggunaan tanah, konservasi tanah,
pengolahan tanah dan pemupukan dimulai dilapang dengan pembukaan/pembersihan
hutan, semak atau padang alang-alang atau rumput-rumput lainnya. Tindakan
tersebut berlangsung selama tanah tersebut masih dipergunakan untuk pertanian. Sesuai
dengan sifat dan faktor-faktor pembatas yang ada, lahan mempunyai dayaguna yang
berbeda-beda. Pada penentuan kemampuan lahan, sifat dan faktor pembatas yang
dipakai adalah sifat-sifat yang menentukan dan mempengaruhi mudah tidaknya
suatu tanah menjadi rusak jika lahan tersebut dijadikan suatu usaha pertanian.
Dalam hal ini, sifat tanah yang mempengaruhi erosi dan tingkat tngkat erosi
telah terjadi. Kemampuan lahan yang dimaksud adalah kemampuan lahan untuk
digunakan sebagai usaha pertanian yang paling intensif (termasuk penentuan
tindakan pengelolaannya) tanpa menyebabkan tanah menjadi rusak.
Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam peningkatan produksi pertanian
dengan pemanfaatan bahan organik yaitu dengan
menggunakan sistem pertanian intensif dengan menggunakan pupuk kompos. Pupuk
kompos ini dapat berasal dari bahan organik seperti kotoran hewan, dan tumbuhan
yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan organisme lokal.
Pemupukan dengan pupuk kompos yang menggunakan organisme lokal ini digunakan
agar mikroorganisme dalam tanah dapat berperan dengan lebih baik sehingga mampu
menguraikan dan menyediakan nutrisi bagi tanaman, menghasilkan humus sebagai
media unsur-unsur hara sebelum dimanfaatkan oleh akar tanaman.
2.2
Faktor
atau penyebab kerusakan tanah
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan
manusia, sebagai akibat pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pertanian
bertambah. Pada pihak lain, lahan yang cocok untuk pertanian dapat dikatakan
sudah semuanya digunakan. Akibatnya petani terpaksa menggunakan lahan yang
kurang sesuai untuk pertanian, misalnya seperti mempunyai lereng curam. Hal ini
akan meyebabkan tanah tersebut mudah terkikis dan terangkut oleh air hujan.
Kerusakan tanah dipercepat dengan adanya pengelolaan tanah yang tidak benar,
misalnya petani didaerah batu, jawa timur, yanng menanam kentang pada
guludan-guludan yang dibuat searah dengan kemiringan lereng.
Kerusakan tanah merupakan peristiwa
hilangnya unsur-unsur hara tanah atau ketidakmampuan tanah untuk berproduktif
seperti semula. Kerusakan tanah ini terjadi akibat faktor alam dan manusia.
Beberapa faktor kerusakan tanah diantaranya adalah :
1.
Erosi
Erosi dapat mengakibatkan
lapisan tanah atas (humus) menjadi hilang akibat terbawa air atau zat lainnya.
Erosi rentan terjadi di daerah yang memiliki struktur tanah yang kurang kompak,
daerah curam dan daerah minim vegetasi penutup.
Gambar 1.Erosi
2.
Pencemaran
Limbah
industri/rumah tangga yang dibuang ke tanah dapat mengendap dalam tanah dan
merusak kandungan hara tanah. Selain itu limbah juga dapat merusak air tanah.
Gambar
2. Pencemaran
3.
Penambangan bahan galian
Penambangan
bahan galian seperti batu bara, emas, tembaga dapat merusak struktur tanah dan
meninggalkan lubang bekas galian.
Gambar 3. Penambangan
4.
Alih fungsi lahan
Perubahan
penggunaan lahan subur menjadi lahan industri/perumahan dapat merusak kesuburan
tanah dan menyebabkan tanah menjadi tidak produktif.
Gambar 4. Alih Fungsi Lahan
Ada 3 hal yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya penurunan produktivitas tanah karena erosi, yaitu :
1. Penurunan
kandungan bahan organik
2. Penurunan
kandungan hara tanaman
3. Kekurangan
air
Dalam
proses erosi, tanah yang terkikis dan terangkut adalah lapisan tanah atas yang
merupakan sumber kehidupan tanaman karena hanya pada lapisan ini tanaman dapat
memperoleh hara yang cukup.
Keadaan lahan yang terbuka yang diikuti
dengan pengangkutan bahan organik dan pemadatan tanah menyebabkan kapasitas
infiltrasi tanah menurun. Akibatnya air mengalir dipermukaan tanah sebagai
limpasan permukaan, dan air yang disimpan didalam tanah sedikit. Hal ini
mengakibatkan kemampuan tanah menyediakan air berkurang. Tanah yang terkikis
dibawa air limpasan permukaan dan jika daya angkut air ini turun sehingga tidak
mampu lagi mengangkut tanah yang dibawa, tanah-tanah tersebut akan mengendap
yang umumnya terjadi disungai, waduk/danau atau bendungan-bendungan. Hal ini
tentu saja akan sangat mengurangi efektivitas daya guna sungai. Waduk atau
bendungan tersebut sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber kebutuhan manusia
akan air. Sebagai akibat lebih lanjut, dengan adanya pendangkalan ini, dasar
sungai atau waduk akan menjadi dangkal sehingga terjadilah banjir.
Pengawetan tanah berarti penggunaan
tanah sesuai dengan kemampuan dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tanah tidak menjadi cepat rusak. Jadi pengawetan tanah
tidak berarti penundaan pemakaian tanah. pengawetan air pada dasarnya adalah
penggunaan dan pengaturan air yang jatuh ke tanah, sehingga disatu pihak tidak
merupakan kekuatan perusak dan dilain pihak air tersebut dapat memberi manfaat
yang sebesar-besarnya. Usaha pengawetan tanah ditujukan untuk:
a. Mencegah
kerusakan tanah
b. Memelihara
serta menaikkan produktivtas tanah agar tanah dapat berproduksi
setinggi-tingginya dalam jangka waktu yang lama
c. Memperbaiki
tanah yang rusak
Efektivitas
tanaman dalam mengurangi laju erosi dipengaruhi oleh :
a. Tinggi
dan kontinuitas mahkota daun
b. Bahan
organik yang dihasilkan
c. Sistem
perakaran kepadatan tanaman.
Efektivitas pengaruh tanaman terhadap
erosi biasanya dilihat dari produksi bahan keringnya (kw/ha), dan kemampuan
untuk menutup tanah (dinyatakan dalam %). Kedua parameter ini kemudian
dikalikan untuk menghasilkan “indeks efektivitas” tanaman. Kepadatan tanaman
mempengaruhi luasan lahan yang tertutup. Dengan demikian makin padat
pertanamannya, makin besar interepsi hujan sehingga kemungkinan terjadinya
erosi juga menurun. Tanaman dengan sistem perakaran yang luas dan padat sangat
membantu pembentukan dan pemantapan agregat serta pori tanah. dengan demikian
tanaman dengan sistem perakaran yang luas dan padat lebih dapat menekan erosi
bila dibandingkan dengan tanaman yang sistem perakarannya cukup baik.
2.3
Konservasi
pengelolaan tanah
Produksi
optimum suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan dan usaha-usaha perbaikan
sifat fisik tanah. akan tetapi pemupukan tidk akan berhasil dan menguntungkan
sebelum usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan keadaan udara dan air,
usaha-usaha pemeliharaan bahan organik tanah, perbaikan tanah-tanah yang telah
rusak, atau perbaikan drainase tanah dilakukan. Ketidak mengertian akan
pentingnya pelapukan dan pencucian hara mineral yang intensif dibawah iklim
tropika basah telah menyebabkan meluasnya tanah-tanah yang rusak, miskin dan
tidak subur didaerah tropika dan subtropika. Erosi dengan berbagai fenomena
yang bertalian erat dengannya (kemerosotan produktivitas, pengendapan, banjir,
kekeringan), di daerah tropika basah termasuk kerusakan kategori 1. Yaitu jenis
kerusakan yang memerlukan penanganan segera dengan menggunakan teknologi baru
untuk mencegah agar kerusakan tanah tidak berlanjut mrncapai tingkat yang
gawatpenerapan kaedah-kaedahkonservasi tanah diperlukan untuk mengembalikan
fungsi tanah yang rusak dan enjaga tanha yang baru dibuka agar tercapai
produksi setinggi-tingginya secara lestari.
Kerusakan
tanah dapat dikurangi dan dicegah melalui konservasi tanah. Konservasi tanah
yaitu pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna
mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian. Strategi dalam
konservasi tanah harus mengarah pada ketentuan sbb:
a)
Melindungi tanah dari hantaman air
hujan dengan penutup permukaan tanah.
b)
Mengurangi aliran permukaan dengan
meningkatkan kapasitas infiltrasi.
c)
Meningkatkan stabilitas agregat
tanah.
d)
Mengurangi kecepatan aliran
permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan.
Teknologi
konservasi tanah diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi
lahan. Untuk memanen air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan,
perkolasi, dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air. Berikut diuraikan
berbagai macam teknologi konservasi tanah dan air. Secara umum ada tiga cara
pendekatan pengendalian erosi yang dapat dilakukan dan satu sama lain harus
menunjang, yaitu cara vegetatif, cara mekanis dan cara kimia.
a.
Cara Vegetasi Hutan, perkebunan dan
pola tanam campuran (pertanian terpadu) perlu dikembangkan sesuai dengan
fungsinya, yaitu sebagai pelindung tanah dari daya perusak. Termasuk dalam cara
vegetatif dalam usaha konservasi tanah dan air antara lain adalah:
·
Rotasi atau pergiliran tanaman.
·
Penghijauan dan reboisasi.
·
Melaksanakan strip cropping.
·
Penanaman dengan rumput makanan
ternak (permanent pasture).
·
Menutup tanah dengan mulsa.
Penanaman saluran-saluran pembuangan
dengan rumput. Alley cropping sebagai cara rotasi atau pergiliran tanaman
(vegetatif) dinilai mempunyai prospek yang cukup baik, karena sekaligus
meningkatkan produksi, murah dan mudah penggunaannya. Keuntungan yang diperoleh
dari penerapan sistem alley cropping ini antara lain:
·
Terjadinya sikus bahan organik yang
lancar, karena limbah dapat dipergunakan.
·
Mengurangi biaya produksi, khususnya
biaya pemupukan karena daun lamtoro mengandung nitrogen yang tinggi.
·
Terciptanya agroekosistem yang
mantap dan tetap terpeliharanya kesuburan tanah.
·
Mudah penerapannya sebagai
konservasi tanah dan air.
b.
Cara Mekanis, Cara mekanis dalam
pengawetan tanah dan memelihara kesuburan tanah merupakan penerapan teknologi
sipil untuk mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan tanah. Pada
dasarnya bertujuan untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang dari tanah
pertanian terutama lapisan top soil. Cara-cara mekanis ini meliputi:
·
Pengolahan tanah (tillage) yang
tepat, yaitu menurut arah contour atau memotong arah kemiringan lereng.
·
Pembuatan galengan dan saluran
menurut contour.
·
Pembuatan waduk, penghambat, rorak,
tanggul dan sebagainya.
·
Pembuatan terras dan sengkedan.
·
Pembuatan drainase pada tempat
tertentu.
Bangunan
yang dibuat pada umumnya berfungsi memperlambat run off serta menampung dan
menyalurkan air permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Pengaturan aliran
air permukaan yang menjadi penyebab utama kerusakan tanah pertanian sangat
efektif diatur denagan terras.
c.
Cara kimia, Salah satu usaha untuk
mencegah tejadinya pengikisan lapisan top soil adalah memperbaiki struktur
tanah. Usaha memantapkan struktur tanah dapat dilakukan dengan penambahan senyawa
kimia baik secara buatan maupun alami. Pemberian bahan pemantap tanah (soil
conditioner) bertujuan untuk meningkatkan daya ikat antara partikel-partikel
tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti aerasi, porositas,
dan infiltrasi. Cara pemberian bahan pemantap tanah ke dalam tanah dapat
dilakukan dengan penyemrotan langsung ke atas permukaan tanah, dicampur dengan
tanah secara merata dan dengan cara memasukkan langsung ke dalam lubang
tanaman.
2.4
Upaya
Penanggulangan kerusakan tanah
Untuk
dapat mempertahankan kelangsungan hidup, salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan tindakan penyelamatan lingkungan. Mulai dari hal kecil untuk melakukan
tindakan mempedulikan lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan. Berikut
adalah contoh tindakan dalam menanggulangi beberapa kerusakan tanah:
a.
Mengendalikan erosi
Usaha untuk mencegah
atau mengurangi erosi dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab
erosi. Banyaknya tanah yang tererosi ditentukan oleh faktor curah hujan,
erodibilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, tanaman penutup, pengelolaan
lahan, serta praktik konservasi. Dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab
erosi tersebut, maka erosi tanah dapat dicegah atau dikurangi.
Dari seluruh faktor
erosi, curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia.
Sedang faktor erosi lainnya dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manusia,
seperti mengurangi panjang dan kemiringan lereng, menanami lahan dengan tanaman
penutup, dan melakukan pengelolaan lahan. Kegiatan tersebut merupakan bagian
dari praktik konservasi. Meskipun tidak dapat mengatur curah hujan, manusia
dapat mengendalikan aliran permukaan yang berasal dari hujan, yaitu dengan
membuat bendungan atau dam. Dengan mengendalikan aliran permukaan maka banjir
dapat dicegah. Faktor panjang lereng dan kemiringan berkaitan dengan keadaan
topografi atau relief daerah. Praktik konservasi yang bertujuan untuk
mengurangi kecuraman dan panjang lereng pada daerah yang bertopografi
pegunungan (relief kasar) dilakukan dengan membuat terasering. Praktik
konservasi ini dimaksudkan agar kecepatan aliran permukaan berkurang sehingga
aliran air tidak mengikis tanah.
Faktor tanah dan
vegetasi berkaitan dengan pengelolaan tanah dan tanaman. Untuk mencegah erosi
pada lahan gundul perlu dilakukan penghijauan kembali, yaitu dengan menanam
pohon atau tanaman penutup. Pengolahan lahan dengan pembajakan dan pemberian
pupuk organik dapat meningkatkan permeabilitas tanah. Tanah yang dibajak dan
diberi pupuk organik bersifat lebih gembur sehingga hujan mudah meresap ke
dalam tanah. Dengan demikian, aliran permukaan dapat dikurangi.
b.
Mengawetkan tanah
Tidak selamanya tanah
yang subur terus-menerus bisa subur. Tanah dapat mengalami penurunan kesuburan
sehingga berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman. Erosi tanah menyebabkan
tingkat kesuburan tanah menurun. Untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah
maka perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara pengawetan tanah secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode vegetatif dan metode
mekanik. Untuk setiap daerah berbeda dalam menerapkan kedua metode tersebut.
Kadang kedua metode diterapkan secara berimbang di suatu daerah. Tetapi, di
daerah lain mungkin salah satu metode lebih diutamakan.
Metode vegetatif sangat
efektif dalam pengendalian erosi tanah. Sebagai contoh, padang rumput alami dan
vegetasi hutan membatasi atau mengendalikan erosi tanah pada tingkat normal.
Metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.
Penanaman tanaman
secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
2.
Penanaman tanaman
secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara
penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan
menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran air.
3.
Penutupan lahan yang
memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
4.
Penanaman tanaman
secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin (wind breaks).
Metode
mekanik yang digabung dengan metode vegetatif akan lebih efektif untuk
mengendalikan erosi tanah. Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan sebagai
berikut.
1.
Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage).
Pengolahan lahan dengan
cara ini bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar kontur dan
membentuk igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan memperbesar
infiltrasi air.
2. Penterasan
lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi
panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat memperlambat
aliran air.
3. Pembuatan
pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan pematang
bertujuan untuk menahan aliran air.
4. Pembuatan
cekdam. Pembuatan cekdam bertujuan untuk membendung aliran air yang melewati paritparit
sehingga material tanah hasil erosi yang terangkut aliran tertahan dan
terendapkan. Adanya cekdam maka parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami
pendangkalan, erosi tanah dapat dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan
produktivitas tanah meningkat.
2.5
Pertanian
yang efisien dan berkelanjutan
Peduduk dunia makin meningkat, pertanyaan yang timbul
apakah keseimba-ngan lingkungan dan kapasitas produksi dari sumber daya lahan
yang tersedia dapat dipertahankan tanpa menimbulkan konflik antara manusia dan
lingkungan. Dalam tiga dekade terakhir kebutuhan pangan dunia meningkat akibat
jumlah penduduk yang teus bertambah, maka dunia perlu memperhatikan bahwa
peningkatan produksi pangan yang ada sekarang tidak dapat dipertahankan lagi.
Pada saat ini, hasil panen secara fisik merupakan
ukuran keberhasilan kelestarian produksi pertanian, dengan alasan pertumbuhan
dan hasi pertanian sangat tergantung pada banyak faktor, termasuk tanah, iklim,
hama dan penyakit. Tetapi pengukuran kelestarian semacam ini memerlukan ketersediaan
data yang baik dalam kurun waktu yang lama, sehingga kecenderungan hasil yang
terukur dalam jangka panjang harus dipisahkan dari data akibat variasi iklim
dan pengolahan yang kurang baik. Dengan demikian, akan lebih baik apabila kita
mempunyai indikator tanah dan peramalan yang dapat digunakan lebih awal dalam
memberikan peringatan kemungkinan terjadinya penurunan hasil, karena banyak
faktor yang mempengaruhi perubahan kesuburan tanah yang terjadi secara sangat
lambat.
Walaupun tampak lebih sederhana untuk menerapkan indek
kelestarian penggunaan lahan yang berlaku secara global, tetapi dalam praktek
sangat sulit untuk ditetapkan, bahkan tidak banyak membantu. Hal ini karena
sistem pertanian yang berkembang di suatu tempat sangat tergantung pada faktor
lokal, misalkan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, ketersediaan air,
pengolahan tanah, ketersediaan modal, dan masing-masing tempat mempunyai
kombinsi yang berbeda (Sutanto, 1997b).
Berdasarkan hasil penelitian dan perbaikan sistem
usaha tani ternyata peningkatan produksi pertanian dan perlindungan terhadap
lingkungan dapat dipadukan. Akan tetapi dalam mengembangkan formula yang baik
dan sepadan tidak hanya tergantung pada perbaikan teknik pengelolaan tanah
saja, tetapi yang lebih penting adalah status sektor pertanian dan petani
sebagai pelaku pembangunan dalam tanaman masyarakat maupun pembangunan bangsa.
Bagaimana petani yang miskin dan lapar dapat diajak untuk berpartisipasi dalam
melestarikan sumber daya alam dan lingkungan, maupun memikirkan generasi
mendatang, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah susah.
Apabila prioritas pertama adalah mencukupi kebutuhan pangan, maka hal ini harus
dicerminkan dari penyebaran pemanfaatan sumber daya, pendapatan petani dan
prioritas kebijakan pembangunan diberikan pada sektor pertanian. Usaha
konservasi sumber daya lahan dan perbaikan tanah-tanah yang terdegradasi selalu
mengalami kegagalan, karena perhatiannya lebih dititikberatkan pada terapi
perbaikan gejala yang ada, baik fisik maupun sosial daripada usaha
memperbaiki penyebab kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terjadi.
Penggunaan mesin pertanian memang dapat
meningkatkan efisiensi usaha tani. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penggunaan
mesin tertanianyang besar dan berat, dapat menyebabkan perubahan sifat fisik
tanah ke arah yang merugikan. Penggunaan mesin-mesin pertanian menyebabkan
pemadatan tanah. Terjadinya pemadatan tanah bukan saja merugikan pertumbuhan
tanaman karena menghambat pertumbuhan akar, tetapi juga mengurangi kapasitas
infiltrasi, dan kapasitas penyimpanan sehingga akan memperbesar limpasan
permukaan (run off) dan sebagai
akibat lebih lanjut adalah pengangkutan tanah.
Pengertian umum yang saat ini digunakan untuk memahami
pertanian berkelanjutan adalah prinsip, metode, praktek, dan falsafah yang
betujuan agar pertanian layak dan menguntungkan secara ekonomi, secara ekologi
dapat dipertanggungjawabkan, secara sosial dapat diterima, berkeadilan, dan
secara budaya sesuai dengan kondisi setempat, serta menggunakan pendekatan
holistik. Ciri-ciri pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah:
1.
mampu meningkatkan produksi
pertanian dan menjamin keamanan pangan di dalam negeri;
2.
mampu menghasilakan pangan yang
terbeli dengan kualitas gizi yang tinggi serta menekan atau meminimalkan
kandungan bahan-bahan pencemat kimia maupun bekteri yang membahayakan;
3.
tidak mengurangi dan merusah
kesuburan tanah, tidak meningkatkan erosi, dan menekan ketergantungan pada
sumber daya alam yang tidak terbarukan;
4.
mampu mendukung dan menopang
kehidupan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan kesempatan kerja, menyediakan
penghidupan yang layakdan mantap bagi para petani;
5.
tidak membahayakan bagi kesehatan
masyarakat yang bekerja atau hidup di lingkungan pertanian, dan bagi yang
mengkonsumsi hasil-hasil pertanian;
6.
melestarikan dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian dan pedesaan serta melestarikan
sumber daya alam dan keragaman hayati.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kerusakan tanah merupakan peristiwa hilangnya
unsur-unsur hara tanah atau ketidakmampuan tanah untuk berproduktif seperti
semula. Kerusakan tanah ini terjadi akibat faktor alam dan manusia. Beberapa
faktor kerusakan tanah diantaranya adalah :
1. Erosi
2.
Pencemaran
3.
Penambangan bahan galian
4.
Alih fungsi lahan
Kerusakan
tanah dapat dikurangi dan dicegah melalui konservasi tanah. Konservasi tanah
yaitu pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna
mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian. Adanya
konservas dapat membantu mewujudkan sistem pertanian yang efisien dan
berkelanjutan sehingga kelangsungan hidup manusia terus terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Sutanto, R. 1997. Daur
Ulang Unsur Hara pada Praktek Pertanian Organik. Makalah disampaikan Sarasehan Teknis
Pertanian Organik dalam menunjang kegiatan Pertanian Berkelanjutan. Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
Syekhfani. 2000. Pertanian
Organik : Suatu Alternatif Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan (Ditinjau Dari
Aspek Kesuburan Tanah). Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur.
Jawa Timur
TUGAS
KULIAH
DINAMIKA
MESIN DAN TANAH
JURUSAN
KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
No comments:
Post a Comment