Tuesday, July 15, 2014

PERTANIAN YANG EFISIEN DAN BERKELANJUTAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang pokok dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh manusia di muka bumi. Sehingga sangat diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dalam proses produksi pertanian selain dukungan yang lebih serius dari pemerintah. Apalagi dengan cepatnya pertumbuhan perekonomian dan jumlah penduduk yang terjadi sehingga membuat tantangan dalam peningkatan produksi pertanian semakin nyata.Akan tetapi, lahan yang digunakan atau yang cocok untuk pertanian dapat dikatakan hampir semua sudah digunakan. Akibatnya petani menggunakan lahan yang kurang sesuai untuk pertanian. Sehingga menyebabkan tanah kurang maksimal untuk memproduksi hasil pertanian. Berbagai usaha telah ditempuh untuk memproduksi lahan lahan pada tingkat maksimum.
Adanya pemikiran tentang pertanian yang berkelanjutan, maka harus lebih menyadari pemanfaatan bahan organik dalam pengelolaan unsur hara yang ada dalam tanah. Penggunaan bahan-bahan organik ini sendiri dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam peningkatan produksi pertanian dengan pemanfaatn bahan organik yaitu dengan menggunakan sistem pertanian intensif. Pada makalah ini kami akan membahas mengenai pemanfaatan pengolahan lahan yang baik guna mempertahankan serta meningkatkan kualitas lingkungan.

1.2  Rumusan masalah
Dari uraian diatas, didapatkan rumusan masalah yang mendasari pokok bahasan adalah bagaimana upaya meningkatkan pertanian yang efisien dan berkelanjutan dengan pengolahan lahan yang optmum sesuai dengan kebutuhan.

1.3  Tujuan penulisan
Tujuan dari pernulisan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan pertanian yang efisien dan berkelanjutan dengan pengolahan lahan yang optmum sesuai dengan kebutuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengelolaan lahan
Pengelolaan lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada suatu lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut dengan mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban, sistem pengelolaan lahan, dll. Pengelolaan lahan pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan akan sangat bermanfaat bagi kesinambungan kehidupan seluruh organisme. Manfaat pengelolaan lahan adalah :
a. Mengatur pemanfaatan sumber daya lahan pertanian secara optimal.
b. Mendapatkan hasil maksimal.
c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan.
Pengelolaan tanah meliputi kegiatan penyusunan rencana penggunaan tanah, konservasi tanah, pengolahan tanah dan pemupukan dimulai dilapang dengan pembukaan/pembersihan hutan, semak atau padang alang-alang atau rumput-rumput lainnya. Tindakan tersebut berlangsung selama tanah tersebut masih dipergunakan untuk pertanian. Sesuai dengan sifat dan faktor-faktor pembatas yang ada, lahan mempunyai dayaguna yang berbeda-beda. Pada penentuan kemampuan lahan, sifat dan faktor pembatas yang dipakai adalah sifat-sifat yang menentukan dan mempengaruhi mudah tidaknya suatu tanah menjadi rusak jika lahan tersebut dijadikan suatu usaha pertanian. Dalam hal ini, sifat tanah yang mempengaruhi erosi dan tingkat tngkat erosi telah terjadi. Kemampuan lahan yang dimaksud adalah kemampuan lahan untuk digunakan sebagai usaha pertanian yang paling intensif (termasuk penentuan tindakan pengelolaannya) tanpa menyebabkan tanah menjadi rusak.
Salah satu sistem yang dapat digunakan dalam peningkatan produksi pertanian dengan pemanfaatan bahan organik yaitu dengan menggunakan sistem pertanian intensif dengan menggunakan pupuk kompos. Pupuk kompos ini dapat berasal dari bahan organik seperti kotoran hewan, dan tumbuhan yang proses dekomposisinya dipercepat dengan menggunakan organisme lokal. Pemupukan dengan pupuk kompos yang menggunakan organisme lokal ini digunakan agar mikroorganisme dalam tanah dapat berperan dengan lebih baik sehingga mampu menguraikan dan menyediakan nutrisi bagi tanaman, menghasilkan humus sebagai media unsur-unsur hara sebelum dimanfaatkan oleh akar tanaman.

2.2  Faktor atau penyebab kerusakan tanah
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia, sebagai akibat pertambahan penduduk, kebutuhan lahan untuk pertanian bertambah. Pada pihak lain, lahan yang cocok untuk pertanian dapat dikatakan sudah semuanya digunakan. Akibatnya petani terpaksa menggunakan lahan yang kurang sesuai untuk pertanian, misalnya seperti mempunyai lereng curam. Hal ini akan meyebabkan tanah tersebut mudah terkikis dan terangkut oleh air hujan. Kerusakan tanah dipercepat dengan adanya pengelolaan tanah yang tidak benar, misalnya petani didaerah batu, jawa timur, yanng menanam kentang pada guludan-guludan yang dibuat searah dengan kemiringan lereng.
Kerusakan tanah merupakan peristiwa hilangnya unsur-unsur hara tanah atau ketidakmampuan tanah untuk berproduktif seperti semula. Kerusakan tanah ini terjadi akibat faktor alam dan manusia. Beberapa faktor kerusakan tanah diantaranya adalah :
1.      Erosi                           
Erosi dapat mengakibatkan lapisan tanah atas (humus) menjadi hilang akibat terbawa air atau zat lainnya. Erosi rentan terjadi di daerah yang memiliki struktur tanah yang kurang kompak, daerah curam dan daerah minim vegetasi penutup.


Gambar 1.Erosi

2.      Pencemaran
Limbah industri/rumah tangga yang dibuang ke tanah dapat mengendap dalam tanah dan merusak kandungan hara tanah. Selain itu limbah juga dapat merusak air tanah.

Gambar 2. Pencemaran
3.      Penambangan bahan galian
Penambangan bahan galian seperti batu bara, emas, tembaga dapat merusak struktur tanah dan meninggalkan lubang bekas galian.

Gambar 3. Penambangan

4.      Alih fungsi lahan
Perubahan penggunaan lahan subur menjadi lahan industri/perumahan dapat merusak kesuburan tanah dan menyebabkan tanah menjadi tidak produktif.

Gambar 4. Alih Fungsi Lahan

Ada 3 hal yang bertanggung jawab terhadap terjadinya penurunan produktivitas tanah karena erosi, yaitu :
1.      Penurunan kandungan bahan organik
2.      Penurunan kandungan hara tanaman
3.      Kekurangan air
Dalam proses erosi, tanah yang terkikis dan terangkut adalah lapisan tanah atas yang merupakan sumber kehidupan tanaman karena hanya pada lapisan ini tanaman dapat memperoleh hara yang cukup.
Keadaan lahan yang terbuka yang diikuti dengan pengangkutan bahan organik dan pemadatan tanah menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah menurun. Akibatnya air mengalir dipermukaan tanah sebagai limpasan permukaan, dan air yang disimpan didalam tanah sedikit. Hal ini mengakibatkan kemampuan tanah menyediakan air berkurang. Tanah yang terkikis dibawa air limpasan permukaan dan jika daya angkut air ini turun sehingga tidak mampu lagi mengangkut tanah yang dibawa, tanah-tanah tersebut akan mengendap yang umumnya terjadi disungai, waduk/danau atau bendungan-bendungan. Hal ini tentu saja akan sangat mengurangi efektivitas daya guna sungai. Waduk atau bendungan tersebut sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber kebutuhan manusia akan air. Sebagai akibat lebih lanjut, dengan adanya pendangkalan ini, dasar sungai atau waduk akan menjadi dangkal sehingga terjadilah banjir.
Pengawetan tanah berarti penggunaan tanah sesuai dengan kemampuan dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tidak menjadi cepat rusak. Jadi pengawetan tanah tidak berarti penundaan pemakaian tanah. pengawetan air pada dasarnya adalah penggunaan dan pengaturan air yang jatuh ke tanah, sehingga disatu pihak tidak merupakan kekuatan perusak dan dilain pihak air tersebut dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya. Usaha pengawetan tanah ditujukan untuk:
a.       Mencegah kerusakan tanah
b.      Memelihara serta menaikkan produktivtas tanah agar tanah dapat berproduksi setinggi-tingginya dalam jangka waktu yang lama
c.       Memperbaiki tanah yang rusak
Efektivitas tanaman dalam mengurangi laju erosi dipengaruhi oleh :
a.       Tinggi dan kontinuitas mahkota daun
b.      Bahan organik yang dihasilkan
c.       Sistem perakaran kepadatan tanaman.
Efektivitas pengaruh tanaman terhadap erosi biasanya dilihat dari produksi bahan keringnya (kw/ha), dan kemampuan untuk menutup tanah (dinyatakan dalam %). Kedua parameter ini kemudian dikalikan untuk menghasilkan “indeks efektivitas” tanaman. Kepadatan tanaman mempengaruhi luasan lahan yang tertutup. Dengan demikian makin padat pertanamannya, makin besar interepsi hujan sehingga kemungkinan terjadinya erosi juga menurun. Tanaman dengan sistem perakaran yang luas dan padat sangat membantu pembentukan dan pemantapan agregat serta pori tanah. dengan demikian tanaman dengan sistem perakaran yang luas dan padat lebih dapat menekan erosi bila dibandingkan dengan tanaman yang sistem perakarannya cukup baik.
  
2.3  Konservasi pengelolaan tanah
Produksi optimum suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan dan usaha-usaha perbaikan sifat fisik tanah. akan tetapi pemupukan tidk akan berhasil dan menguntungkan sebelum usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan keadaan udara dan air, usaha-usaha pemeliharaan bahan organik tanah, perbaikan tanah-tanah yang telah rusak, atau perbaikan drainase tanah dilakukan. Ketidak mengertian akan pentingnya pelapukan dan pencucian hara mineral yang intensif dibawah iklim tropika basah telah menyebabkan meluasnya tanah-tanah yang rusak, miskin dan tidak subur didaerah tropika dan subtropika. Erosi dengan berbagai fenomena yang bertalian erat dengannya (kemerosotan produktivitas, pengendapan, banjir, kekeringan), di daerah tropika basah termasuk kerusakan kategori 1. Yaitu jenis kerusakan yang memerlukan penanganan segera dengan menggunakan teknologi baru untuk mencegah agar kerusakan tanah tidak berlanjut mrncapai tingkat yang gawatpenerapan kaedah-kaedahkonservasi tanah diperlukan untuk mengembalikan fungsi tanah yang rusak dan enjaga tanha yang baru dibuka agar tercapai produksi setinggi-tingginya secara lestari.
Kerusakan tanah dapat dikurangi dan dicegah melalui konservasi tanah. Konservasi tanah yaitu pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian. Strategi dalam konservasi tanah harus mengarah pada ketentuan sbb:
a)        Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah.
b)        Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi.
c)        Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
d)       Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan.
Teknologi konservasi tanah diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah degradasi lahan. Untuk memanen air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan, perkolasi, dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air. Berikut diuraikan berbagai macam teknologi konservasi tanah dan air. Secara umum ada tiga cara pendekatan pengendalian erosi yang dapat dilakukan dan satu sama lain harus menunjang, yaitu cara vegetatif, cara mekanis dan cara kimia.
a.         Cara Vegetasi Hutan, perkebunan dan pola tanam campuran (pertanian terpadu) perlu dikembangkan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai pelindung tanah dari daya perusak. Termasuk dalam cara vegetatif dalam usaha konservasi tanah dan air antara lain adalah:
·         Rotasi atau pergiliran tanaman.
·         Penghijauan dan reboisasi.
·         Melaksanakan strip cropping.
·         Penanaman dengan rumput makanan ternak (permanent pasture).
·         Menutup tanah dengan mulsa.
Penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput. Alley cropping sebagai cara rotasi atau pergiliran tanaman (vegetatif) dinilai mempunyai prospek yang cukup baik, karena sekaligus meningkatkan produksi, murah dan mudah penggunaannya. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan sistem alley cropping ini antara lain:
·         Terjadinya sikus bahan organik yang lancar, karena limbah dapat dipergunakan.
·         Mengurangi biaya produksi, khususnya biaya pemupukan karena daun lamtoro mengandung nitrogen yang tinggi.
·         Terciptanya agroekosistem yang mantap dan tetap terpeliharanya kesuburan tanah.
·         Mudah penerapannya sebagai konservasi tanah dan air.
b.         Cara Mekanis, Cara mekanis dalam pengawetan tanah dan memelihara kesuburan tanah merupakan penerapan teknologi sipil untuk mempertahankan, memulihkan, meningkatkan kesuburan tanah. Pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang dari tanah pertanian terutama lapisan top soil. Cara-cara mekanis ini meliputi:
·         Pengolahan tanah (tillage) yang tepat, yaitu menurut arah contour atau memotong arah kemiringan lereng.
·         Pembuatan galengan dan saluran menurut contour.
·         Pembuatan waduk, penghambat, rorak, tanggul dan sebagainya.
·         Pembuatan terras dan sengkedan.
·         Pembuatan drainase pada tempat tertentu.
Bangunan yang dibuat pada umumnya berfungsi memperlambat run off serta menampung dan menyalurkan air permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Pengaturan aliran air permukaan yang menjadi penyebab utama kerusakan tanah pertanian sangat efektif diatur denagan terras.
c.         Cara kimia, Salah satu usaha untuk mencegah tejadinya pengikisan lapisan top soil adalah memperbaiki struktur tanah. Usaha memantapkan struktur tanah dapat dilakukan dengan penambahan senyawa kimia baik secara buatan maupun alami. Pemberian bahan pemantap tanah (soil conditioner) bertujuan untuk meningkatkan daya ikat antara partikel-partikel tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti aerasi, porositas, dan infiltrasi. Cara pemberian bahan pemantap tanah ke dalam tanah dapat dilakukan dengan penyemrotan langsung ke atas permukaan tanah, dicampur dengan tanah secara merata dan dengan cara memasukkan langsung ke dalam lubang tanaman.

2.4  Upaya Penanggulangan kerusakan tanah
Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan tindakan penyelamatan lingkungan. Mulai dari hal kecil untuk melakukan tindakan mempedulikan lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan. Berikut adalah contoh tindakan dalam menanggulangi beberapa kerusakan tanah:
a.         Mengendalikan erosi
Usaha untuk mencegah atau mengurangi erosi dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab erosi. Banyaknya tanah yang tererosi ditentukan oleh faktor curah hujan, erodibilitas tanah, kemiringan dan panjang lereng, tanaman penutup, pengelolaan lahan, serta praktik konservasi. Dengan mengendalikan faktor-faktor penyebab erosi tersebut, maka erosi tanah dapat dicegah atau dikurangi.
Dari seluruh faktor erosi, curah hujan merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan manusia. Sedang faktor erosi lainnya dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh manusia, seperti mengurangi panjang dan kemiringan lereng, menanami lahan dengan tanaman penutup, dan melakukan pengelolaan lahan. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari praktik konservasi. Meskipun tidak dapat mengatur curah hujan, manusia dapat mengendalikan aliran permukaan yang berasal dari hujan, yaitu dengan membuat bendungan atau dam. Dengan mengendalikan aliran permukaan maka banjir dapat dicegah. Faktor panjang lereng dan kemiringan berkaitan dengan keadaan topografi atau relief daerah. Praktik konservasi yang bertujuan untuk mengurangi kecuraman dan panjang lereng pada daerah yang bertopografi pegunungan (relief kasar) dilakukan dengan membuat terasering. Praktik konservasi ini dimaksudkan agar kecepatan aliran permukaan berkurang sehingga aliran air tidak mengikis tanah.
Faktor tanah dan vegetasi berkaitan dengan pengelolaan tanah dan tanaman. Untuk mencegah erosi pada lahan gundul perlu dilakukan penghijauan kembali, yaitu dengan menanam pohon atau tanaman penutup. Pengolahan lahan dengan pembajakan dan pemberian pupuk organik dapat meningkatkan permeabilitas tanah. Tanah yang dibajak dan diberi pupuk organik bersifat lebih gembur sehingga hujan mudah meresap ke dalam tanah. Dengan demikian, aliran permukaan dapat dikurangi.
b.         Mengawetkan tanah
Tidak selamanya tanah yang subur terus-menerus bisa subur. Tanah dapat mengalami penurunan kesuburan sehingga berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman. Erosi tanah menyebabkan tingkat kesuburan tanah menurun. Untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah maka perlu usaha pengawetan atau konservasi. Cara pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan metode vegetatif dan metode mekanik. Untuk setiap daerah berbeda dalam menerapkan kedua metode tersebut. Kadang kedua metode diterapkan secara berimbang di suatu daerah. Tetapi, di daerah lain mungkin salah satu metode lebih diutamakan.
Metode vegetatif sangat efektif dalam pengendalian erosi tanah. Sebagai contoh, padang rumput alami dan vegetasi hutan membatasi atau mengendalikan erosi tanah pada tingkat normal. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.        Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).
2.        Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping). Cara penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air dan menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran air.
3.        Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
4.        Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin (wind breaks).


Metode mekanik yang digabung dengan metode vegetatif akan lebih efektif untuk mengendalikan erosi tanah. Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan sebagai berikut.
1.      Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage).
Pengolahan lahan dengan cara ini bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar kontur dan membentuk igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan memperbesar infiltrasi air.
2.      Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat memperlambat aliran air.
3.      Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan pematang bertujuan untuk menahan aliran air.
4.      Pembuatan cekdam. Pembuatan cekdam bertujuan untuk membendung aliran air yang melewati paritparit sehingga material tanah hasil erosi yang terangkut aliran tertahan dan terendapkan. Adanya cekdam maka parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami pendangkalan, erosi tanah dapat dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan produktivitas tanah meningkat.

2.5  Pertanian yang efisien dan berkelanjutan
Peduduk dunia makin meningkat, pertanyaan yang timbul apakah keseimba-ngan lingkungan dan kapasitas produksi dari sumber daya lahan yang tersedia dapat dipertahankan tanpa menimbulkan konflik antara manusia dan lingkungan. Dalam tiga dekade terakhir kebutuhan pangan dunia meningkat akibat jumlah penduduk yang teus bertambah, maka dunia perlu memperhatikan bahwa peningkatan produksi pangan yang ada sekarang tidak dapat dipertahankan lagi.
Pada saat ini, hasil panen secara fisik merupakan ukuran keberhasilan kelestarian produksi pertanian, dengan alasan pertumbuhan dan hasi pertanian sangat tergantung pada banyak faktor, termasuk tanah, iklim, hama dan penyakit. Tetapi pengukuran kelestarian semacam ini memerlukan ketersediaan data yang baik dalam kurun waktu yang lama, sehingga kecenderungan hasil yang terukur dalam jangka panjang harus dipisahkan dari data akibat variasi iklim dan pengolahan yang kurang baik. Dengan demikian, akan lebih baik apabila kita mempunyai indikator tanah dan peramalan yang dapat digunakan lebih awal dalam memberikan peringatan kemungkinan terjadinya penurunan hasil, karena banyak faktor yang mempengaruhi perubahan kesuburan tanah yang terjadi secara sangat lambat.
Walaupun tampak lebih sederhana untuk menerapkan indek kelestarian penggunaan lahan yang berlaku secara global, tetapi dalam praktek sangat sulit untuk ditetapkan, bahkan tidak banyak membantu. Hal ini karena sistem pertanian yang berkembang di suatu tempat sangat tergantung pada faktor lokal, misalkan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, ketersediaan air, pengolahan tanah, ketersediaan modal, dan masing-masing tempat mempunyai kombinsi yang berbeda (Sutanto, 1997b).
Berdasarkan hasil penelitian dan perbaikan sistem usaha tani ternyata peningkatan produksi pertanian dan perlindungan terhadap lingkungan dapat dipadukan. Akan tetapi dalam mengembangkan formula yang baik dan sepadan tidak hanya tergantung pada perbaikan teknik pengelolaan tanah saja, tetapi yang lebih penting adalah status sektor pertanian dan petani sebagai pelaku pembangunan dalam tanaman masyarakat maupun pembangunan bangsa. Bagaimana petani yang miskin dan lapar dapat diajak untuk berpartisipasi dalam melestarikan sumber daya alam dan lingkungan, maupun memikirkan generasi mendatang, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sudah susah. Apabila prioritas pertama adalah mencukupi kebutuhan pangan, maka hal ini harus dicerminkan dari penyebaran pemanfaatan sumber daya, pendapatan petani dan prioritas kebijakan pembangunan diberikan pada sektor pertanian. Usaha konservasi sumber daya lahan dan perbaikan tanah-tanah yang terdegradasi selalu mengalami kegagalan, karena perhatiannya lebih dititikberatkan pada terapi perbaikan  gejala yang ada, baik fisik maupun sosial daripada usaha memperbaiki penyebab kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terjadi.
Penggunaan mesin pertanian memang dapat meningkatkan efisiensi usaha tani. Tetapi perlu diperhatikan bahwa penggunaan mesin tertanianyang besar dan berat, dapat menyebabkan perubahan sifat fisik tanah ke arah yang merugikan. Penggunaan mesin-mesin pertanian menyebabkan pemadatan tanah. Terjadinya pemadatan tanah bukan saja merugikan pertumbuhan tanaman karena menghambat pertumbuhan akar, tetapi juga mengurangi kapasitas infiltrasi, dan kapasitas penyimpanan sehingga akan memperbesar limpasan permukaan (run off) dan sebagai akibat lebih lanjut adalah pengangkutan tanah.
Pengertian umum yang saat ini digunakan untuk memahami pertanian berkelanjutan adalah prinsip, metode, praktek, dan falsafah yang betujuan agar pertanian layak dan menguntungkan secara ekonomi, secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan, secara sosial dapat diterima, berkeadilan, dan secara budaya sesuai dengan kondisi setempat, serta menggunakan pendekatan holistik. Ciri-ciri pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah:
1.    mampu meningkatkan produksi pertanian dan menjamin keamanan pangan di dalam negeri;
2.    mampu menghasilakan pangan yang terbeli dengan kualitas gizi yang tinggi serta menekan atau meminimalkan kandungan bahan-bahan pencemat kimia maupun bekteri yang membahayakan;
3.    tidak mengurangi dan merusah kesuburan tanah, tidak meningkatkan erosi, dan menekan ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan;
4.    mampu mendukung dan menopang kehidupan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan kesempatan kerja, menyediakan penghidupan yang layakdan mantap bagi para petani;
5.    tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang bekerja atau hidup di lingkungan pertanian, dan bagi yang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian;
6.    melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian dan pedesaan serta melestarikan sumber daya alam dan keragaman hayati.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Kerusakan tanah merupakan peristiwa hilangnya unsur-unsur hara tanah atau ketidakmampuan tanah untuk berproduktif seperti semula. Kerusakan tanah ini terjadi akibat faktor alam dan manusia. Beberapa faktor kerusakan tanah diantaranya adalah :
1.      Erosi
2.      Pencemaran
3.      Penambangan bahan galian
4.      Alih fungsi lahan
Kerusakan tanah dapat dikurangi dan dicegah melalui konservasi tanah. Konservasi tanah yaitu pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah secara teratur guna mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian. Adanya konservas dapat membantu mewujudkan sistem pertanian yang efisien dan berkelanjutan sehingga kelangsungan hidup manusia terus terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto, R. 1997. Daur Ulang Unsur Hara pada Praktek Pertanian Organik. Makalah disampaikan Sarasehan Teknis Pertanian Organik dalam menunjang kegiatan Pertanian Berkelanjutan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.         
Syekhfani. 2000. Pertanian Organik : Suatu Alternatif Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan (Ditinjau Dari Aspek Kesuburan Tanah). Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur



TUGAS KULIAH

DINAMIKA MESIN DAN TANAH
JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

No comments:

Post a Comment