Tuesday, July 15, 2014

PENCEMARAN AIR SUNGAI DAN PENAGANGANNYA DI SUNGAI BRANTAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
            Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah sekitarnya. Oleh karena itu, kondisi suatu sungai sangat berhubungan dengan karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Sungai sebagai suatu ekosistem, tersusun dari komponen biotik dan abiotik dan setiap komponen tersebut membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu aliran energi yang dapat mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondo et al., 2004).
Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur, dengan panjang ±320 km dengan daerah aliran seluas ±12.000 km2, atau lebih kurang seperempat luas wilayah propinsi Jawa Timur. Sungai Brantas bersumber pada lereng Gunung Arjuna dan Anjasmara bermuara di selat Madura. Jumlah penduduk di wilayah ini ±14 juta jiwa (40 % dari penduduk Jawa Timur), dimana sebagian besar bergantung pada sumberdaya air, yang merupakan sumber utama bagi kebutuhan air baku untuk konsumsi domestik, irigasi, industri, rekreasi, pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain (Anonymous,1996).
Sumber-sumber pencemaran air Sungai Brantas antara lain berasal dari limbah industri, limbah domestik dan air buangan dari saluran irigasi dan drainasi. Pada DAS Brantas bagian hulu sumber pencemaran yang utama berasal dari limbah domestik (rumah tangga dan pertanian/alami). Masukan bahan organik ke dalam perairan mempunyai akibat yang sangat komplek, tidak hanya deoksigenasi dalam air, tetapi dapat terjadi penambahan padatan tersuspensi, bahan beracun seperti ammonia, sulfida atau cyanida serta pengaruh terhadap komposisi dan kelimpahan komunitas biologi dalam hal ini adalah makrobentos. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka diperlukan kegiatan penelitian tentang tingkat pencemaran dan kualitas perairan di DAS Brantas bagian hulu. Selanjutnya dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan masukan untuk merumuskan kebijakan pengelolaan lingkungan, dalam rangka mengendalikan pencemaran di Sungai Brantas.

1.2  Rumusan masalah
1.      Kualitas fisik dan kimia air yang dikhawatirkan semakin menurun  akibat  pembuangan  limbah  tanpa  pengolahan menjadi dasar penelitian terhadap kualitas fisik-kimia air sungai Brantas.  Sehingga,  masalah  pertama  yang  akan diteliti adalah kualitas fisik-kimia air sungai Brantas.
2.      Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kualitas sungai brantas

1.3  Tujuan
1.      Mengukur kualitas  air  secara  fisik-kimia  berdasarkan parameter  pH, suhu,  kekeruhan, Biochemical  Oxygen Demand (BOD), Dissolved xygen (DO), amonium, dan fosfat.
2.      Mengetahui klasifikasi kondisi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS brantas hulu
3.      Mengetahui penanggulangan yang menyangkut masalah tersebut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pencemaran Air
Salah satu dampak negatif dari kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya pencemaran. Pencemaran  adalah peristiwa masuknya zat, unsur, zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan pencemaran disebut polutan.

2.2 Konsep Dasar Ekosistem
Odum (1996) mendefinisikan ekosistem sebagai satuan yang mencakup semua organisme di dalam suatu daerah yang saling mempengrahui dengan lingkungan fisinya, sehingga arus eneri mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman bioti dan daur-daur bahan yang jelas di dalam sistem.
Sedangakan menurut Amsyari (1986), ekosistem diartikan sebagai kesatuan dari daerah tertentu (abiotic community) dimana di dalamnya tinggal suatu komposisi suatu interaktsi yang harmonis dan stabil, terutama dalam jalinan bentuk-bentuk sumber energi kehidupan. Suatu kesatuan ekosisitem senantiasa mengarah kepada keadaan seimbang (equilibrium) yakni bahwa seluruh komponen dalam ekosistem tersebut berada dalam suatu ikatan-ikatan interaksi yang harmonis yang teratur dan terus-menerus.

2.3 Air dan Kualitas Air
Air adalah semua air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, kecuali laut dan air fosil. Sumber air adalah wadah air yang terdapat diatas dan dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sedangkan pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas tetap dalam kondisi ilmiahnya.
Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Klasifikasi mutu air dittetapkan menjadi 4 kelas yaitu :
1.      Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.      Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3.      Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mansyaratkan mutu air dengan kegunaan tersebut.
4.      Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut.
Pengertian kualitas lingkungan (perairan) adalah sebagai faktor biofisika-kimia yang mempengaruhi kehidupan organisme perairan dalam ekosistemnya. Air yang kita pergunakan harus memenuhi kualitas sesuai dengan peruntukannya (Soemarwoto, 2001). Menurut Wardoyo (1981), perairan yang ideal adalah perairan yang dapat mendukung organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya.

2.4 Macam- Macam Sumber Pencemaran Air
Sumber pencemaran air antara lain sampah masyarakat, limbah industri, limbah pertanian dan limah rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat merusak perairan yaitu; bahan- bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan- bahan yang banyak membutuhakan oksigen untuk penguraiannya, bahan- bhan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan- bahan yang tidak sediment, bahan- bahan yang mengandung radioaktif dan panas.
Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk. Pembuangan sampah organic maupun anorganik yang dibuang kesungai terus- menerus, selain menemari air, terutama di musim hujan akan mengakibatkan banjir.
Air adalah unsur alam yang penting bagi mahluk hidup dengan sifat mengalir dan meresap. Apabila jalur aliran- alirannya tersumbat akan mengakibatkan banjir. Pencemaran air terjadi karena kurangnya rasa disiplian masyarakat, misalnya dalam kebersihan lingkungan dan membuang sampah sembarangan.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda – benda sampah seperti plastik, sampah organic, kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang tercemar. Air yang tercemar mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila di konsumsi. Namun bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah sumber air sehari – hari untuk kelangsungan hidup. Mereka kurang begitu peduli kandungan yang terdapat pada air tersebut.
Buangan domestik, komersial, proses pembuatan makanan, dan industri merupakan sumber yang mengandung bahan-bahan polutan yang cukup banyak, termasuk jenis bahan pencemar organik seperti diperlihatkan pada tabel 1. Sebagian dari bahan pencemar ini terutama zat-zat yang membutuhkan oksigen seperti minyak, gemuk, dan beberapa padatan yang dikeluarkan dari proses pengolahan air primer dan sekunder. Sedangkan bahan-bahan pencemaran lain seperti garam-garam, logam-logam berat dan bahan-bahan organik yang tahan urai dapat dihilangkan dengan efisiensi (Achmad, 2004).

No.
Komponen (Konstituen)
Sumber Potensial
Efek dalam air
1
Zat-zat yang membutuhkan oksigen
Bahan-bahan organik terutama feses
Mengurangi oksigen terlarut
2
Bahan organik tidak terdegradasi
Buangan industri, produk-produk rumah tangga
Toksik terhadap kehidupan akuatik
3
Virus
Buangan manusia
Menyebabkan penyakit
4
Deterjen
Rumah tangga
Terganggunya estetika, menghambat penghilangan minyak, tosksik terhadap kehidupan akualtik
5
Minyak dan Lemak
Proses pembuatan makanan dan limbah industri
Estetika, berbahaya bagi kehidupan akuatik
6
Fosfat
Deterjen
Nutrisi bagi ganggang
7
Garam-garam
Buangan manusia, pelunakan air, limbah industri
Meningkatnya salinitas
8
Logam berat
Limbah industri
Toksisitas
9
Agen chelat
Laboratorium kimia, beberapa deterjen, limbah industri
Pelarutan logam berat transportasinya
10
Padatan
Semua sumber
Estetika, kehidupan aakuatik
Sumber: Manahan (1994) dalam Achmad (2004).
Suatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas, radiasi, debu, bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri ( regenerasi). Oleh karena itu, pencemarani terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera.

3.1 Sifat fisikdan kimia perairan sungai
Air adalah pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan sehingga air merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan atau sampah yang dihasilkan oleh proses kehidupan. Hal ini mengakibatkan air di bumi tidak pernah dijumpai dalam keadaan murni. Pencemaran air dapat ditunjukan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisika dan kimia badan air sangat mempengaruhi kehidupan akuatik (Achmad, 2004).

3.2 Sifat fisika perairan
                        Menurut Mays (1996), sifat-sifat atau karakteristik fisika air secara kualitatif ditentukan oleh temperatur (suhu) melalui sentuhan; kecepatan arus, kekeruhan, dan padatan tersuspensi melalui penglihatan serta rasa dan bau melalui perasa dan penciman. Selanjutnya sifat fisika perairan ini dapat mempengaruhi sifat kimia maupun biologis suatu perairan dan nilai manfaat dari perairan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardoyo, 1981).

3.3 Suhu
Suhu normal air bervariasi antara 0-35oC tergantung pada sumber, kedalaman, dan musim. Suhu air mempengaruhi beberapa sifat dan karakteristik air seperti densitas, viskositas, tegangan permukaan, kapasitas termal, entalphi, tekanan, konduktivitas jenis, salinitas, dan kelarutan gas seperti oksigen dan karbon dioksida. Kecepatan reaksi biasanya meningkat dua kali lipat jika suhu naik 30oC (Mays, 1996).
            Perubahan suhu akan mempengaruhi proses kimia dan biologi. Perubahan suhu yang besar akan berakibat terhadap kelangsungan hidup biota perairan seperti ikan dan lainnya. Baku mutu air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan ikan, peternakan, dan pertanaman tidak boleh melebihi kisaran ± 3oC dari kondisi alaminya.

3.4 Kekeruhan (turbiditas)
            Kekeruhan adalah suatu ukuran dari sifat biasan cahaya oleh air yang disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan padatan koloid dari suatu pencemar. Kekeruhan atau turbiditas berbanding terbalik dengan kecerahan. Kekeruhan mendukung kehidupan mikroorganisme (Mays, 1996). Sebaliknya air yang keruh kurang disukai oleh bentos disebabkan pengendapan partikel tanah yang berlebihan. Kekeruhan juga menghambat penetrasi cahaya secara mencolok sehingga menyebabkan penurunan aktivitas fotosintesis alga dan fitoplankton. Akibatnya produktivitas perairan kan menurun (Wardoyo,1981).

3.5 Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air (Wardoyo, 1981). Nilai BOD juga didefinikan sebagai kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancuran bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20oC. Oksidasi biokimia ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan reaksi sempurna (95-99%) dalam waktu 20 hari, sedangkan dalam waktu 5 hari seperti yang umum digunakan untuk pengukuran BOD kesempurnaan oksidasinya mencapai 60-70%. Suhu 20oC digunakan karena merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat didaerah iklim sedang dan mudah ditiru dalam inkubator. Namun sering terjadi hasil yang berbeda pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu (Achmad, 2004).
Nilai BOD biasanya diukur dalam miligram oksigen per liter air. Air murni tersaturasi dengan udara pada suhu 25oC mengandung 0,0085 gr atau 8,4 mg Oksigen per liter air.

3.6 Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen)
Loha ni (1981); Mays (1996) menyatakan bahwa oksigen terlarut yang sering disebut DO adalah parameter hidrobiologis yang dianggap sangat penting karena keberadaannya menentukan hidup matinya organisme. Selain itu dinamikanya berkaitan dengan parameter yang lain. Organisme perairan tidak selalu nyaman hidup pada air dengan kandungan oksigen tinggi. Air dengan oksigen terlarut hingga 20% jenuh, bahkan dapat membahayakan organisme.

3.7 Nitrat dan Total Nitrogen (TN)
            Senyawa nitrogen terdapat dalam beberapa bentuk terlarut atau tersuspensi dalam air. Nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2), yang berlipat  ganda jumlahnya, nitrit (NO2), nitrat (NO3), dan amoniak (NH4+). Nitrogen memiliki peranan yang sangat penting dalam daur organik dalam menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein. Dalam hal ini jaringan organik yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasuk di dalamnya bakteri pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekuler menjadi bentuk-bentuk gabungan (NO2, NO3, NH4) dan bakteri denitrifikasi yang melakukan hal sebaliknya (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

3.8 Ortofosfat dan Total Fosfor (TP)
            Di dalam perairan, fosfor berada dalam berbagai senyawa-senyawa yang umum terdapat dalam senyawaan dengan unsur Fe, Al, dan Ca; kekuatan ikatannya tergantung pada pH. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999), sebagai fosfor terdapat dalam senyawa organik seperti protein dan gula, sebagian dalam butiran-butiran kalsium fosfat anorganik.
            Ortofosfat (orthophosphate) adalah senyawa fosfat anorganik yang teramat berlimpah dalam daur fosfor. Senyawa ini dihasilkan dari proses pemecahan fosfat organik oleh bakteri dari pembusukan jaringan organik. Proses ini relatif mudah dan sederhana dan sering terjadi di dalam kolam air sehingga dihasilkan fosfor untuk diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Hal ini berakibat bahwa meskipun fosfor kadarnya jauh dibawah nitrogen, namun unsur ini mudah diperoleh dari tempat yang tembus cahaya matahari.

3.9 Penyebab Pencemaran Air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum Pencemaran air oleh sampah.
BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan

4.1.1 Akibat Pencemaran Air
Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen .Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air, Pendangkalan dasar perairan, Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi .Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna terutama predator. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung, Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia, Dapat menyebabkan banjir, Erosi, Kekurangan sumber air, Tanah Longsor, Dapat merusak Ekosistem sungai, Kerugian untuk Nelayan.

4.1.2 Penanggulangan Terjadinya Pencemaran Air
Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah logam-logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini dapat meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan  karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan, kemudian diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah tidak dibuang ke sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri.
Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah, kemudian kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.

Daftar pustaka

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI. Yogyakarta.

Mays, L, W. 1996. Water Resources Handbook. McGraw-Hill. New York. San Fransisco. Washington. Auckland. Lisbon. Bogota. Tokyo. Singapore.

Romimohtarto, K. Dan S. Juwana. 1999. Biologi Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi-LIPI. Jakarta.

Wardoyo, S, T,H. 1981. Kriteria Kualitas Air Sungai untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Makalah Training Amdal Kerjasama PPLH-UNDP-PUSDI-PSL-IPB 19-31. Bogor.





JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

No comments:

Post a Comment