Saturday, November 24, 2012

DIKTIF (CD INTERAKTIF) METODE PENDIDIKAN AKHLAK TERPUJI BAGI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG


1.      LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi, tuntutan untuk menjadi warga negara yang mempunyai akhlak terpuji bukanlah hal yang mudah. Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial cenderung kepada pola-pola perilaku menyimpang. Lickona (1992) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah: 1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh peer-group yang kuat dan tindak kekerasan, 4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6) menurunnya etos kerja, 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, 9) membudayakan ketidakjujuran dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian.
Permasalahan sosial, akademik dan psikologis merupakan masalah yang sering muncul dan menyita perhatian yang besar bagi anak-anak, khususnya anak sekolah dasar. Contoh nyata yang sering terjadi dalam kehidupan saat ini adalah maraknya perkelahian antar anak sekolah yang disebabkan karena adanya masalah sepele, misalnya hanya saling mengejek sehingga terjadi perkelahian. Tidak sedikit pula anak-anak yang sering berbohong dengan orang tua dan guru. Serta sikap rendahnya rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Bentuk – bentuk tindakan seperti itu merupakan ekspresi yang keluar dari emosional anak yang terganggu. Pada umumnya anak – anak juga berusaha merubah dan menutupi perilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercaya oleh orang lain. Misalnya menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena perbuatannya tersebut. Oleh karena itu dia membuat cerita yang muluk – muluk agar orang lain percaya kepadanya. Namun, ketika anak berusia sekitar 6-7 tahun, mereka menjadi sadar kalau bohong itu merupakan hal yang buruk, sehingga ada perasaan tidak tenang ketika dia sedang berbohong.
Selama tahun 2010, kasus kekerasan yang menimpa anak-anak melonjak tajam. Tercatat ada 2.335 kasus kekerasan terhadap anak atau naik 17 persen dibandingkan 2009. Dari data yang dikeluarkan Komnas PA, dari 2.335 kasus kekerasan anak pada 2010 lalu, sebanyak 62,7 persen atau sebagian besar adalah kekerasan seksual. Di antaranya, sodomi, perkosaan, pencabulan, serta incest (hubungan intim sedarah). Selain itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) juga mencatat sebanyak 2.008 kasus kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah terjadi di sepanjang kuartal pertama 2012. Jumlah itu meliputi berbagai jenis kejahatan seperti pencurian, tawuran, dan pelecehan seksual yang dilakukan siswa SD hingga SMA. Menurut Ketua Komnas PA, ada dua penyebab aksi kejahatan yang diperbuat anak usia sekolah. Pertama adalah imitasi anak atas segala tindakan kekerasan yang mereka lihat. Kedua, faktor pelepasan ekspresi yang tersumbat. sebagian besar anak cenderung meniru atas fenomena yang dia lihat dan dia rasakan. Bila yang dilihat dan dirasakan adalah peristiwa yang baik, mereka melakukan hal yang serupa dengan itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, mereka kerap menyaksikan adegan kekerasan sehingga anak juga sering berperilaku tindak kekerasan. Sebenarnya, perilaku jahat anak merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak yang disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah-laku kriminal anak-anak. Perilaku anak-anak ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.
Degradasi moral yang terjadi dari tahun ketahun, seperti halnya beberapa contoh kecil kasus diatas, menunjukkan bahwa betapa rendahnya mental generasi muda sekarang ini. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya mental generasi muda yaitu kurangnya pendidikan tentang akhlak yang mereka peroleh di bangku sekolah. Pengajaran akhlak di sekolah-sekolah pada saat ini belum diberikan secara mandiri, dalam arti masih terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Mata pelajaran yang dimaksud adalah Pendidikan Agama ataupun Pendidikan Pancasila, namun pada umumnya para pendidik jarang sekali menyentuh mengenai pendidikan akhlak. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan anak didik secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan saja masalah kecerdasan intelektual saja. Tanggung jawab lain yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah masalah akhlak. Peningkatan kecerdasan anak tidak akan berarti apabila tidak diikuti dengan pemahaman dan perilaku akhlak yang baik. Faktor lain yang menjadi penyebab yaitu kurang adanya sosok panutan positif dimasyarakat, kurangnya perhatian dari kedua orang tua, serta teknologi yang semakin canggih sehingga bisa memacu tindakan tercela.
Perlu adanya langkah konkrit sebagai bentuk kepedulian terhadap degradasi moral bangsa Indonesia. Salah satunya dengan melakukan pelatihan dan pembelajaran dengan metode DIKTIF (CD Interaktif) pada anak usia sekolah dasar. Masa kanak-kanak di usia Sekolah Dasar adalah masa yang sangat menentukan untuk masa depannya. Pendidikan akhlak anak harus dimulai sejak dini agar mereka menjadi penerus bangsa yang memiliki moral yang beradab. Oleh karena itu, harus ada media pendidikan yang mampu untuk pembelajaran anak tentang akhlaq dan moral. CD interaktif untuk pembelajaran akhlak terpuji ini akan disajikan semenarik mungkin agar anak tidak jenuh untuk melihat, serta penjelasan dan peragaan yang lucu akan membuat anak lebih mudah untuk mengingatnya dan mempraktikkan dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, metode ini akan memberikan gambaran tentang tindakan tercela, akibat dari tindakan tercela, serta memberikan pengarahan supaya tidak melakukan hal tercela yang dapat merusak mental dan moral generasi muda.
Berbekal pengetahuan dan ketrampilan Tim Pengabdian kepada Masyarakat ini, serta didukung dengan informasi dan kerjasama dengan SDN Penanggungan Malang diharapkan akan muncul generasi muda yang berakhlak dan bermoral. Dengan berhasilnya program pelatihan metode DIKTIF ini, kelak akan menjadikan panutan bagi warga sekolah lain yang nantinya bisa diterapkan di seluruh Indonesia. Dengan begitu masalah degradasi moral bangsa Indonesia dapat teratasi.

2.      PERUMUSAN MASALAH
Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) ini diusulkan dalam rangka memecahkan permasalahan :
1.      Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah degradasi moral pada siswa sekolah dasar kota Malang?
2.      Bagaimana strategi pembelajaran yang efektif tentang akhlak kepada siswa Sekolah Dasar Negeri Penanggungan di kota Malang?
3.      Sejauh mana efektivitas metode pembelajaran DIKTIF (CD Interaktif) terhadap siswa Sekolah Dasar dalam mengamalkan perilaku terpuji?

3.      TUJUAN
1.      Melatih dan bekerjasama dengan warga Sekolah Dasar dalam mengatasi masalah degradasi moral khususnya di SDN Penanggungan kota Malang.
2.      Menentukan strategi pembelajaran yang efektif tentang akhlak kepada siswa Sekolah Dasar Negeri Penanggungan kota Malang.
3.      Mengetahui sejauh mana keefektifan metode pembelajaran DIKTIF terhadap siswa sekolah dasar dalam mengamalkan perilaku terpuji.

4.      LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dihasilkan generasi muda yang berwawasan dan berakhlak terpuji serta mampu mengatasi masalah degradasi moral anak sekolah khususnya siswa sekolah dasar yang semakin tahun semakin meningkat. Pembelajaran dengan metode DIKTIF yang diberikan kepada siswa SDN Penanggungan juga sebagai langkah awal untuk menuju generasi muda yang kuat mental serta tidak meninggalkan budaya luhur bangsa Indonesia.

5.      KEGUNAAN
      Program Pengabdian kepada Masyarakat ini dapat dimanfaatkan untuk:
Bagi pemerintah
Membantu dalam mengatasi masalah degradasi moral yang semakin tahun semakin meningkat.
Bagi khalayak sasaran
Sebagai alternatif metode pembelajaran moral yang efektif yang diaplikasikan dalam bentuk DIKTIF (CD Interaktif) untuk siswa Sekolah Dasar Negeri Penanggungan.
Bagi dinas pendidikan
Sebagai metode baru dalam teknik mengajar bagi para tenaga pendidik.
Bagi pelaksana
Sebagai sarana dalam menerapkan keilmuan dan bentuk pengabdian terhadap masyarakat

6.      GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
1.      Lokasi
Lokasi pengabdian masyarakat akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Penanggungan. Jl Cimanggis 2 Malang.
2.      Sasaran
Sasaran dari program pengabdian masyarakat ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Penanggungan. Siswa sekolah dasar masih memiliki pemikiran yang mudah dibentuk. Mereka lebih mudah menangkap informasi baru yang masuk dan lebih mudah juga untuk mencontoh hal tersebut.
3.      Kondisi masyarakat sasaran
Sekolah Dasar Negeri Penanggungan merupakan sekolah yang terletak di tengah kota Malang. Letaknya yang strategis dengan mall, pusat hiburan, tempat nongkrong, dan tempat keramaian lain yang akan membuat masyarakat sekitar khususnya siswa sekolah lebih mudah terpengaruh dalam pergaulan bebas. Mayoritas
siswa yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Penanggungan berasal dari keluarga yang mampu. Kebanyakan dari mereka juga sudah mengenal teknologi misalnya laptop, handphone (HP), game online, bahkan beberapa sudah ada yang mengenal i-pad. Kemajuan teknologi yang sudah dikenal sejak anak menginjak bangku sekolah dasar juga merupakan salah satu faktor lain yang harus difikirkan pemerintah. Siswa sekolah yang semakin mengenal teknologi khususnya dari segi negatif, maka akan semakin mudah bagi mereka untuk terjerumus ke dalam masalah degradasi moral.

7.      METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Metode DIKTIF (CD Interaktif) dalam Pendidikan Akhlak Terpuji di Sekolah Dasar terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
evaluasi
 
 









               
Gambar 1: Diagram alir metode pelaksanaan program
1)      Persiapan
Tahap persiapan dari program pelatihan ini meliputi pembelian peralatan, survei dilakukan terhadap hasil penelitian terdahulu selain itu dilakukan pula analisis terhadap informasi dan pendapat dari guru, teman sejawat dan masyarakat sekitar, proses pembuatan CD Interaktif, dan perijinan ke pihak sekolah.
2)      Pengenalan
Proses pengenalan dilakukan dengan tujuan agar siswa mempunyai gambaran awal tentang degradasi moral yang meliputi contoh kasus-kasus menyimpang yang terjadi di masyarakat seperti penggunaan kata-kata kotor (mengumpat), rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, membudayanya ketidakjujuran, tawuran dan kebencian diantara sesama teman serta kasus-kasus negatif lainnya. Selain pengenalan untuk siswa, Tahap ini juga memberikan informasi awal kepada guru tentang metode pembelajaran efektif yang dikemas dalam bentuk CD interaktif.
3)      Pelatihan program
Penerapan metode DIKTIF pada siswa sekolah dasar dilakukan dengan cara pemutaran CD berisikan video atau animasi-animasi yang mencerminkan prilaku tercela maupun prilaku terpuji, dan diputar dalam kelas disertai penjelasan-penjelasan yang menunjang pemahaman dari siswa. Pemutaran CD dilakukan bergiliran tiap kelas. Misalnya hari senin, CD diputarkan untuk siswa kelas 1. Hari selasa, siswa kelas 2. Siswa kelas 3 hari rabu, dan seterusnya. Dengan demikian, setiap guru yang mengajar disetiap kelas harus memahami isi dan maksud dari metode DIKTIF yang disajikan dalam bentuk CD interaktif.
4)      Pengontrolan program
Metode pembelajaran yang telah dilaksanakan akan ditindaklanjuti yaitu dilakukan pengontrolan setiap dua minggu sekali. Tahap pengontrolan dilakukan agar metode pembelajaran ini jelas keberlanjutannya.
5)      Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengatahui seberapa efektif Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat yang telah dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan membandingkan kondisi belajar sebelum dan sesudah pelaksanaan program.

8.      JADWAL KEGIATAN PROGRAM
Nama Kegiatan
Pelaksanaan Bulan/Minggu ke-
PJ
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Persiapan pelaksanaan
A
Pengenalan
a & d
Pelatihan Program
A
Pengontrolan Program
a, b & c
Evaluasi
A




Keterangan:
A.    Semua anggota
a.       Yunia Galih Purwaningdyah
b.      Saiful Imron
c.       Muhammad Muizzudin
d.      Abdul Fatah Tirtayasa

9.      RANCANGAN BIAYA
1.      Bahan habis pakai
Jenis
Kebutuhan
Biaya Satuan
Jumlah
VCD
15
Rp. 5.000,-/biji
Rp. 75.000,-
Kemasan VCD
15
Rp. 3.000,-/biji
Rp. 45.000,-
Sub Total
Rp.120.000,-

2.      Peralatan penunjang
Jenis
Kebutuhan
Biaya Satuan
Jumlah
Spidol
6
Rp. 15.000,-/biji
Rp.  90.000,-
Penghapus
6
Rp.  7.000,-/biji
Rp.  42.000,-
Sewa LCD proyektor 1 Set
25 hari
Rp. 75.000,-/hari
Rp.1.875.000,-
Sub Total
Rp. 2.007.000,-

3.      Proses pembuatan
Jenis
Kebutuhan
Biaya Satuan
Jumlah
Pengumpulan materi
1
Rp.1.000.000,-/paket
Rp.1.000.000,-
Pembuatan program
1
Rp.3.000.000,-/paket
Rp.3.000.000,
Recording
1
Rp.1.000.000,-/paket
Rp.1.000.000,-
Penggandaan
2
Rp.  500.000,-/paket
Rp. 1.000.000,-
Sub Total
Rp. 6.000.000,-



4.      Operasional
Jenis
Kebutuhan
Biaya Satuan
Jumlah
Komunikasi
3 Orang
Rp. 50.000,-/orang
Rp. 150.000,-
Konsumsi murid
6 Kelas
Rp.  100.000,-/kelas
Rp. 600.000,-
Konsumsi guru
5 Orang
Rp. 25.000,-/Orang
Rp. 125.000,-
Konsumsi tim selama sosialisasi
3 Orang
Rp. 50.000,-/Orang
Rp. 150.000,-
Sub Total
Rp .1.025.000,-

5.      Perjalanan
Jenis
Kebutuhan
Biaya Satuan
Jumlah
Transportasi belanja bahan yang menunjang dalam pembinaan
1 Bulan
Rp. 80.000,-/bulan
Rp. 80.000,-
Pembuatan dan penggandaan program
1 Bulan
Rp. 50.000,-/bulan
Rp. 50.000,-
Transportasi pada daerah sasaran
3 Bulan
Rp. 50.000,-/bulan
Rp. 150.000,-
Sub Total
Rp. 280.000,-

6.      Pembuatan Laporan
Jenis
Kebutuhan
Biaya satuan
Jumlah
1. Biaya pengetikan
72 jam
Rp.    1500,-/jam
Rp. 108.000,-
2. Kertas A4 80 gram
2 rim
Rp.  35.000,-/rim
Rp.  70.000,-
3. Tinta
2 kotak
Rp.  35.000,-/kotak
Rp.  70.000,-
4. Foto Copy dan Penjilidan laporan
10 pasang
Rp.  15.000,-/pasang
Rp. 150.000,-
5. Kertas Foto
20 lembar
Rp   3.000/lembar
Rp.  60.000,-
6. Dokumentasi kegiatan
1 digital film
Rp.  100.000,-
Rp. 100.000,-
Sub Total
Rp. 558.000,-


Rekapitulasi Biaya
Jenis
Jumlah
Bahan habis pakai
Rp.    120.000
Peralatan penunjang
Rp. 2.007.000
Proses pembuatan
Rp. 6.000.000
Operasional
Rp. 1.025.000
Perjalanan
Rp.    280.000
Pembuatan laporan
Rp.    558.000
Total
Rp. 9.986.000

No comments:

Post a Comment