1. LATAR
BELAKANG MASALAH
Di era
globalisasi, tuntutan untuk menjadi warga negara yang mempunyai akhlak terpuji
bukanlah hal yang mudah. Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami
perubahan yang signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial cenderung
kepada pola-pola perilaku menyimpang. Lickona (1992) mengungkapkan bahwa ada
sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini
sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang
kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah: 1) meningkatnya kekerasan di
kalangan remaja, 2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3) pengaruh peer-group
yang kuat dan tindak kekerasan, 4) meningkatnya perilaku merusak diri,
seperti narkoba, alkohol dan seks bebas, 5) semakin kaburnya pedoman moral baik
dan buruk, 6) menurunnya etos kerja, 7) semakin rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru, 8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara,
9) membudayakan ketidakjujuran dan 10) adanya rasa saling curiga dan kebencian.
Permasalahan
sosial, akademik dan psikologis merupakan masalah yang sering muncul dan
menyita perhatian yang besar bagi anak-anak, khususnya anak sekolah dasar.
Contoh nyata yang sering terjadi dalam kehidupan saat ini adalah maraknya
perkelahian antar anak sekolah yang disebabkan karena adanya masalah sepele,
misalnya hanya saling mengejek sehingga terjadi perkelahian. Tidak sedikit pula
anak-anak yang sering berbohong dengan orang tua dan guru. Serta sikap
rendahnya rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Bentuk – bentuk tindakan
seperti itu merupakan ekspresi yang keluar dari emosional anak yang terganggu.
Pada umumnya anak – anak juga berusaha merubah dan menutupi perilaku mereka
dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercaya oleh orang lain. Misalnya
menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena perbuatannya
tersebut. Oleh karena itu dia membuat cerita yang muluk – muluk agar orang lain
percaya kepadanya. Namun, ketika anak berusia sekitar 6-7 tahun, mereka menjadi
sadar kalau bohong itu merupakan hal yang buruk, sehingga ada perasaan tidak
tenang ketika dia sedang berbohong.
Selama tahun
2010, kasus kekerasan yang menimpa anak-anak melonjak tajam. Tercatat ada 2.335
kasus kekerasan terhadap anak atau naik 17 persen dibandingkan 2009. Dari data
yang dikeluarkan Komnas PA, dari 2.335 kasus kekerasan anak pada 2010 lalu,
sebanyak 62,7 persen atau sebagian besar adalah kekerasan seksual. Di
antaranya, sodomi, perkosaan, pencabulan, serta incest (hubungan intim
sedarah). Selain itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) juga
mencatat sebanyak 2.008 kasus kriminalitas yang dilakukan anak usia sekolah
terjadi di sepanjang kuartal pertama 2012. Jumlah itu meliputi berbagai jenis
kejahatan seperti pencurian, tawuran, dan pelecehan seksual yang dilakukan
siswa SD hingga SMA. Menurut
Ketua Komnas PA, ada dua penyebab aksi kejahatan yang diperbuat anak usia
sekolah. Pertama adalah imitasi anak atas segala tindakan kekerasan yang mereka
lihat. Kedua, faktor pelepasan ekspresi yang tersumbat. sebagian besar anak
cenderung meniru atas fenomena yang dia lihat dan dia rasakan. Bila yang
dilihat dan dirasakan adalah peristiwa yang baik, mereka melakukan hal yang
serupa dengan itu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, mereka kerap
menyaksikan adegan kekerasan sehingga anak juga sering berperilaku tindak
kekerasan. Sebenarnya, perilaku jahat anak merupakan gejala sakit (patologis)
secara sosial pada anak-anak yang disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah-laku yang menyimpang.
Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan
atau pengkondisian tingkah-laku kriminal anak-anak. Perilaku anak-anak ini
menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap
norma-norma sosial.
Degradasi moral
yang terjadi dari tahun ketahun, seperti halnya beberapa contoh kecil kasus
diatas, menunjukkan bahwa betapa rendahnya mental generasi muda sekarang ini.
Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya mental generasi muda yaitu
kurangnya pendidikan tentang akhlak yang mereka peroleh di bangku sekolah.
Pengajaran akhlak di sekolah-sekolah pada saat ini belum diberikan secara
mandiri, dalam arti masih terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Mata
pelajaran yang dimaksud adalah Pendidikan Agama ataupun Pendidikan Pancasila,
namun pada umumnya para pendidik jarang sekali menyentuh mengenai pendidikan akhlak.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam mengembangkan
kemampuan anak didik secara optimal. Kemampuan yang harus dikembangkan bukan
saja masalah kecerdasan intelektual saja. Tanggung jawab lain yang harus
dikembangkan oleh sekolah adalah masalah akhlak. Peningkatan kecerdasan anak
tidak akan berarti apabila tidak diikuti dengan pemahaman dan perilaku akhlak
yang baik. Faktor lain yang menjadi penyebab yaitu kurang adanya sosok panutan
positif dimasyarakat, kurangnya perhatian dari kedua orang tua, serta teknologi
yang semakin canggih sehingga bisa memacu tindakan tercela.
Perlu adanya langkah konkrit sebagai bentuk
kepedulian terhadap degradasi moral bangsa Indonesia. Salah satunya dengan
melakukan pelatihan dan pembelajaran dengan metode DIKTIF (CD Interaktif) pada anak usia sekolah dasar. Masa
kanak-kanak di usia Sekolah Dasar adalah masa yang sangat menentukan untuk masa
depannya. Pendidikan akhlak anak harus dimulai sejak dini agar mereka menjadi
penerus bangsa yang memiliki moral yang beradab. Oleh karena itu, harus ada
media pendidikan yang mampu untuk pembelajaran anak tentang akhlaq dan moral.
CD interaktif untuk pembelajaran akhlak terpuji ini akan disajikan semenarik
mungkin agar anak tidak jenuh untuk melihat, serta penjelasan dan peragaan yang
lucu akan membuat anak lebih mudah untuk mengingatnya dan mempraktikkan dalam
hidup bermasyarakat. Selain itu, metode ini akan memberikan gambaran tentang
tindakan tercela, akibat dari tindakan tercela, serta memberikan pengarahan
supaya tidak melakukan hal tercela yang dapat merusak mental dan moral generasi
muda.
Berbekal pengetahuan
dan ketrampilan Tim Pengabdian kepada Masyarakat ini, serta didukung dengan
informasi dan kerjasama dengan SDN Penanggungan
Malang diharapkan akan muncul generasi muda yang
berakhlak dan bermoral. Dengan berhasilnya program pelatihan metode DIKTIF ini, kelak akan menjadikan
panutan bagi warga sekolah lain yang nantinya bisa diterapkan di seluruh
Indonesia. Dengan begitu masalah degradasi moral bangsa Indonesia dapat
teratasi.
2.
PERUMUSAN MASALAH
Program
Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) ini diusulkan dalam
rangka memecahkan permasalahan :
1.
Bagaimana upaya
yang dilakukan untuk mengatasi masalah degradasi moral pada siswa sekolah dasar
kota Malang?
2.
Bagaimana
strategi pembelajaran yang efektif tentang akhlak kepada siswa Sekolah Dasar
Negeri Penanggungan di kota Malang?
3.
Sejauh mana
efektivitas metode pembelajaran DIKTIF
(CD Interaktif) terhadap siswa Sekolah Dasar dalam mengamalkan perilaku
terpuji?
3.
TUJUAN
1.
Melatih dan
bekerjasama dengan warga Sekolah Dasar dalam mengatasi masalah degradasi moral
khususnya di SDN Penanggungan kota Malang.
2.
Menentukan
strategi pembelajaran yang efektif tentang akhlak kepada siswa Sekolah Dasar
Negeri Penanggungan kota Malang.
3.
Mengetahui
sejauh mana keefektifan metode pembelajaran DIKTIF
terhadap siswa sekolah dasar dalam mengamalkan perilaku terpuji.
4.
LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dihasilkan
generasi muda yang berwawasan dan berakhlak terpuji serta mampu mengatasi
masalah degradasi moral anak sekolah khususnya siswa sekolah dasar yang semakin
tahun semakin meningkat. Pembelajaran dengan metode DIKTIF yang diberikan kepada siswa SDN Penanggungan juga sebagai
langkah awal untuk menuju generasi muda yang kuat mental serta tidak
meninggalkan budaya luhur bangsa Indonesia.
5.
KEGUNAAN
Program Pengabdian kepada Masyarakat ini
dapat dimanfaatkan untuk:
Bagi pemerintah
Membantu
dalam mengatasi masalah degradasi moral yang semakin tahun semakin meningkat.
Bagi khalayak sasaran
Sebagai
alternatif metode pembelajaran moral yang efektif yang diaplikasikan dalam
bentuk DIKTIF (CD Interaktif) untuk
siswa Sekolah Dasar Negeri Penanggungan.
Bagi dinas pendidikan
Sebagai
metode baru dalam teknik mengajar bagi para tenaga pendidik.
Bagi pelaksana
Sebagai
sarana dalam menerapkan keilmuan dan bentuk pengabdian terhadap masyarakat
6.
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
1.
Lokasi
Lokasi pengabdian masyarakat akan dilaksanakan di Sekolah Dasar
Negeri Penanggungan. Jl Cimanggis 2 Malang.
2.
Sasaran
Sasaran dari program pengabdian masyarakat ini adalah siswa Sekolah
Dasar Negeri Penanggungan. Siswa sekolah dasar masih memiliki pemikiran yang
mudah dibentuk. Mereka lebih mudah menangkap informasi baru yang masuk dan
lebih mudah juga untuk mencontoh hal tersebut.
3.
Kondisi
masyarakat sasaran
Sekolah Dasar Negeri Penanggungan merupakan sekolah yang terletak
di tengah kota Malang. Letaknya yang strategis dengan mall, pusat hiburan,
tempat nongkrong, dan tempat keramaian lain yang akan membuat masyarakat
sekitar khususnya siswa sekolah lebih mudah terpengaruh dalam pergaulan bebas.
Mayoritas
siswa yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Penanggungan berasal
dari keluarga yang mampu. Kebanyakan dari mereka juga sudah mengenal teknologi
misalnya laptop, handphone (HP), game online, bahkan beberapa sudah ada
yang mengenal i-pad. Kemajuan
teknologi yang sudah dikenal sejak anak menginjak bangku sekolah dasar juga
merupakan salah satu faktor lain yang harus difikirkan pemerintah. Siswa
sekolah yang semakin mengenal teknologi khususnya dari segi negatif, maka akan
semakin mudah bagi mereka untuk terjerumus ke dalam masalah degradasi moral.
7.
METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Metode DIKTIF
(CD Interaktif) dalam Pendidikan Akhlak Terpuji di Sekolah Dasar terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
![]() |
||||||||
|
Gambar
1: Diagram alir metode pelaksanaan
program
1) Persiapan
Tahap persiapan dari program pelatihan ini meliputi
pembelian peralatan, survei dilakukan terhadap hasil penelitian terdahulu
selain itu dilakukan pula analisis terhadap informasi dan pendapat dari guru,
teman sejawat dan masyarakat sekitar, proses pembuatan CD Interaktif, dan
perijinan ke pihak sekolah.
2) Pengenalan
Proses pengenalan dilakukan dengan tujuan agar siswa
mempunyai gambaran awal tentang degradasi moral yang meliputi contoh
kasus-kasus menyimpang yang terjadi di masyarakat seperti penggunaan kata-kata
kotor (mengumpat), rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,
membudayanya ketidakjujuran, tawuran dan kebencian diantara sesama teman serta
kasus-kasus negatif lainnya. Selain pengenalan untuk siswa, Tahap ini juga
memberikan informasi awal kepada guru tentang metode pembelajaran efektif yang
dikemas dalam bentuk CD interaktif.
3) Pelatihan program
Penerapan metode DIKTIF pada siswa sekolah dasar
dilakukan dengan cara pemutaran CD berisikan video atau animasi-animasi yang
mencerminkan prilaku tercela maupun prilaku terpuji, dan diputar dalam kelas
disertai penjelasan-penjelasan yang menunjang pemahaman dari siswa. Pemutaran
CD dilakukan bergiliran tiap kelas. Misalnya hari senin, CD diputarkan untuk
siswa kelas 1. Hari selasa, siswa kelas 2. Siswa kelas 3 hari rabu, dan
seterusnya. Dengan demikian, setiap guru yang mengajar disetiap kelas harus
memahami isi dan maksud dari metode DIKTIF yang disajikan dalam bentuk CD
interaktif.
4) Pengontrolan program
Metode pembelajaran yang telah dilaksanakan akan
ditindaklanjuti yaitu dilakukan pengontrolan setiap dua minggu sekali. Tahap
pengontrolan dilakukan agar metode pembelajaran ini jelas keberlanjutannya.
5) Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengatahui seberapa
efektif Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat yang telah
dilakukan. Tahap ini dilakukan dengan membandingkan kondisi belajar sebelum dan
sesudah pelaksanaan program.
8.
JADWAL KEGIATAN
PROGRAM
Nama Kegiatan
|
Pelaksanaan Bulan/Minggu ke-
|
PJ
|
|||||||||||||||||||
Bulan I
|
Bulan II
|
Bulan III
|
Bulan IV
|
Bulan V
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
Persiapan
pelaksanaan
|
A
|
||||||||||||||||||||
Pengenalan
|
a & d
|
||||||||||||||||||||
Pelatihan
Program
|
A
|
||||||||||||||||||||
Pengontrolan
Program
|
a, b & c
|
||||||||||||||||||||
Evaluasi
|
A
|
Keterangan:
A. Semua anggota
a. Yunia Galih Purwaningdyah
b. Saiful Imron
c. Muhammad Muizzudin
d. Abdul Fatah
Tirtayasa
9.
RANCANGAN BIAYA
1. Bahan habis pakai
Jenis
|
Kebutuhan
|
Biaya Satuan
|
Jumlah
|
VCD
|
15
|
Rp. 5.000,-/biji
|
Rp. 75.000,-
|
Kemasan VCD
|
15
|
Rp. 3.000,-/biji
|
Rp. 45.000,-
|
Sub
Total
|
Rp.120.000,-
|
2. Peralatan penunjang
Jenis
|
Kebutuhan
|
Biaya Satuan
|
Jumlah
|
Spidol
|
6
|
Rp. 15.000,-/biji
|
Rp.
90.000,-
|
Penghapus
|
6
|
Rp.
7.000,-/biji
|
Rp.
42.000,-
|
Sewa LCD proyektor 1 Set
|
25 hari
|
Rp. 75.000,-/hari
|
Rp.1.875.000,-
|
Sub
Total
|
Rp.
2.007.000,-
|
3. Proses pembuatan
Jenis
|
Kebutuhan
|
Biaya Satuan
|
Jumlah
|
Pengumpulan materi
|
1
|
Rp.1.000.000,-/paket
|
Rp.1.000.000,-
|
Pembuatan program
|
1
|
Rp.3.000.000,-/paket
|
Rp.3.000.000,
|
Recording
|
1
|
Rp.1.000.000,-/paket
|
Rp.1.000.000,-
|
Penggandaan
|
2
|
Rp. 500.000,-/paket
|
Rp. 1.000.000,-
|
Sub
Total
|
Rp.
6.000.000,-
|
4. Operasional
Jenis
|
Kebutuhan
|
Biaya Satuan
|
Jumlah
|
Komunikasi
|
3 Orang
|
Rp. 50.000,-/orang
|
Rp. 150.000,-
|
Konsumsi murid
|
6 Kelas
|
Rp.
100.000,-/kelas
|
Rp. 600.000,-
|
Konsumsi guru
|
5 Orang
|
Rp. 25.000,-/Orang
|
Rp. 125.000,-
|
Konsumsi tim selama sosialisasi
|
3 Orang
|
Rp. 50.000,-/Orang
|
Rp. 150.000,-
|
Sub
Total
|
Rp
.1.025.000,-
|
5. Perjalanan
Jenis
|
Kebutuhan
|
Biaya Satuan
|
Jumlah
|
Transportasi belanja bahan yang menunjang dalam pembinaan
|
1 Bulan
|
Rp. 80.000,-/bulan
|
Rp. 80.000,-
|
Pembuatan dan penggandaan program
|
1 Bulan
|
Rp. 50.000,-/bulan
|
Rp. 50.000,-
|
Transportasi pada daerah sasaran
|
3 Bulan
|
Rp. 50.000,-/bulan
|
Rp. 150.000,-
|
Sub
Total
|
Rp.
280.000,-
|
6. Pembuatan Laporan
Jenis
|
Kebutuhan
|
Biaya satuan
|
Jumlah
|
1.
Biaya pengetikan
|
72 jam
|
Rp. 1500,-/jam
|
Rp.
108.000,-
|
2.
Kertas A4 80 gram
|
2 rim
|
Rp. 35.000,-/rim
|
Rp. 70.000,-
|
3.
Tinta
|
2 kotak
|
Rp. 35.000,-/kotak
|
Rp. 70.000,-
|
4.
Foto Copy dan Penjilidan laporan
|
10 pasang
|
Rp. 15.000,-/pasang
|
Rp.
150.000,-
|
5.
Kertas Foto
|
20 lembar
|
Rp 3.000/lembar
|
Rp. 60.000,-
|
6.
Dokumentasi kegiatan
|
1 digital film
|
Rp. 100.000,-
|
Rp.
100.000,-
|
Sub
Total
|
Rp. 558.000,-
|
Rekapitulasi
Biaya
Jenis
|
Jumlah
|
Bahan habis pakai
|
Rp. 120.000
|
Peralatan penunjang
|
Rp. 2.007.000
|
Proses pembuatan
|
Rp. 6.000.000
|
Operasional
|
Rp. 1.025.000
|
Perjalanan
|
Rp.
280.000
|
Pembuatan laporan
|
Rp.
558.000
|
Total
|
Rp.
9.986.000
|